Gambar apik |
Gerhana matahari, fenomena ini cukup menarik untuk
diperbincangkan. Beberapa hari yag lalu sebelum hari H terjadi gerhana matahari,
hampir setiap stasiun televisi menjadikan hal ini sebagai tema utama. Beberapa
orang menganggap hal ini berlebihan, seolah-olah mendahului takdir yang akan
terjadi. Lain pihak lain pula caranya, Media cetak pun tak kalah dalam
memberitakan hal ini. Bahkan saking seringnya muncul di media, masyarakat desa
ikut-ikutan mempersiapkan menyambut gerhana matahari dengan mengabari sanak
saudara yang ada di rantau. Mungkin tak banyak yang tau tentang kesakralan
beberapa tahun silam saat gerhana matahari terjadi, masyarakat desa ketakutan
untuk beraktifitas karena gelap yang menerkam siang, para petani tak berani
menghampiri sawah-sawah meski hanya sebentar, anak-anak kecil dilarang bermain
meski hanya berlarian di depan rumah. Bahkan Ibu-ibu rumah tangga tak menampakan
ujung sapunya di pelataran rumah. Fenomena ini dianggap masyarakat menjadi
sebuah momen saat sang penguasa kegelapan memangsa cahaya terang. Namun berbeda
dengan hal yang terjadi sekarang ini, hal yang gelap justru diburu meski sekedar
untuk diabadikan.
-------------------------------------------------**--------------------------------------------------
Bicara tentang hal yang gelap, pasti kita ingat dengan kata
"malam" dan gerhana bulan terjadi saat malam. Malam adalah anugrah yang indah
bagi penikmatnya, setiap malam tampak gemerlap bintang yang menunjukan
keanggunan sinarnya. Tak jarang lalu lalang kendaraan lebih padat di jalanan
hanya untuk menikmati malam, taman-taman di tengah kota ramai tak karuan,
pemuda-pemuda desa duduk di pinggiran jalan yang katanya menikmati malam. Ada
pula yang menunggu datangnya siang karena tak ada penerangan untuk hidup ketika
malam. Sebagian orang terus berjalan mecari sumber cahaya sebagai penghidupan
yang tak bisa dipastikan. Ada pula yang berusaha mematik api untuk menerangi
malam, ada pula yang menjual cahaya dengan syarat pembayaran dan mahar. Semua
tentang cahaya, cahaya yang setiap manusia butuhkan.
Pertanyaanya, adakah hal yang lebih gelap selain dua fenomena tadi
? mana yang lebih gelap ? saat gerhana matahari ataukah saat malam tiba ?
jawabannya bukan keduanya, bukan saat gerhana matahari, bukan pula keheningan
malam yang tenang.
Hati adalah jawabanya, hati lah yang mampu lebih gelap
dari kedua fenomena fana yang hanya sementara tersebut.
Lihatlah saja hal yang terjadi saat ini, manusia mulai tersadar
akan keadaanya, mereka mengakui ataukah tidak, dilakukan dengan sadar ataukah
tidak, mereka mengikuti ataukah tidak, bukan menjadi jawaban yang penting lagi.
Mereka hanya sedang disibukkan dirinya sendiri dalam mencari cahaya, itulah
mengapa banyak sekali golongan yang mengakui dirinya paling benar ketimbang yang
lain. Lilin-lilin yang mereka genggam sedang memaksa untuk dapat berapi saat
petang, kegelapan yang ada dalam diri mereka, memaksa secara sadar untuk
menyalakan lilin yang gelap. Beberapa dari mereka memilih menyalakan dengan batu
cadas, ada pula yang memilih menyalakan sekedarnya saja, sementara mereka tau
bahwa dengan meminta api pada sang ahli lebih bisa hidup lama ketimbang dengan
lilin yang melelehkan diri sendiri.
Andai saja malam tak berganti siang dan sang mentari tak mau
kembali dari fase gerhana, pasti kita akan melihat cincin-cincin api kecil saat
semua manusia sedang menghidupkan lilinnya. Semerbak bagai bintang yang kita
amati setiap malam, Ada yang sangat terang ada pula yang redup. Mungkin hanya
lilin-lilin yang bergerombollah yang akan menunjukan cahaya paling terang saat
petang.
Namun sayang, beberapa pihak berusaha mematikan api-api lilin yang
sedang berapi-api, lilin-lilin yang bergerombol berusaha dipisahkan dari
kelompoknya, yang menyala redup diarahkan menuju api tipuan yang dianggap api
sebenarnya. Apa yang salah dari semua ini, dan siapa yang bisa disalahkan,
mereka hanya sedang berusaha mencari cahayanya. Sudahlah biarkan, jangan paksa
api itu padam, jangan pula kau rayu menjadi api semu. Bukankah kita akan sangat
marah, jika api yang kita nyalakan dipadamkan oleh seseorang. Itulah mengapa
menjadi moderat sangat dibutuhkan, ketimbang bersiakap radiakal ataupun liberal.
Mempelajari cara orang bermain api pun perlu, namun menjaga hati agar tidak ada
benci itu lebih penting.
Diketik 13/03/2016
#sgt
0 komentar:
Posting Komentar