Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh semua umat islam. Bulan
ini selalu menawarkan kerinduan bagi setiap insan yang beriman, terlebih karena
adanya berlipat-lipat ganjaran yang ditawarkan. Ada yang merindukan nikmatnya
sahur dengan orang tercinta, berbuka dengan teman. Ada lagi selain itu,
keramaian malam di bulan ramadhan selalu membawa cerita tersendiri bagi kawula
muda seperti mercoanan, bermain kembang api dan lain sebagainaya, sepertinya
bagi kawula tua pun sama menyenangkannya. Ramadhan selalu membawa kabar bahagia
terlebih ketika ada kabar dari saudara yang jauh disana akan berpulang bekumpul
dirumah utama. Ada pula kabar baik bagi para pemuda yang akan meminang kekasih
hati di malam sembilan. Semua penuh dengan kabar yang membahagiakan.
Ketika ramadhan tiba, seluruh raga dan terutama jiwa akan diproses,
digembleng menjadi bersih sebersih-bersihnya. Ketika Siang berpuasa menahan
segala sesuatu yang membatalkan puasa selama fajar hingga matahari terbenam
sempurna, dan saat malam melaksanakan shalat sunnah terawih. Susai bulan
ramadhan pastinya nafsu akan lebih tertata karena telah terbiasa terjaga ketika
ramadhan. Tubuh menjadi sehat karena kebiasaan baik bangun pagi, badan menjadi
kuat karena kebiasaan melangkahkan kaki ke masjid, pikiran selalu fresh karena
bangun sahur dan berpuasa saat siang.
Kabar baik selalu erat dengan bulan ramadhan. Namun selalu saja ada beberapa
hal yang menjadi sisi lain di bulan baik ini. Salah satu hal yang Unik adalah
ketika berbuka puasa. Jalanan menjadi ramai, Jajanan sebelum adzan magrib
tiba-tiba ada di pinggiran jalan. Mulai jajan pasar, roti bakar, nasi bakar, dan
semua yang dibungkus rapi dan tak lupa es dawet. Pengunjungnya pun
bermacam-macam, dari golongan kanan, golongan kiri, golongan yang suka
menyalahkan, golongan yang suka membid’ahkan sampai kaum sandal jepit bercelana
komprang pun, ada disana. Berbelanja rapi tanpa saling menyalahkan, Kamu akan
membeli es dawet ataukah es degan. Tak sempat lagi mempertanyakan hal itu, sudah
terlalu fokus untuk saling antri membayangkan nikmat yang akan didapat jika
telah berhasil mendapatkan makanan yang diidamkan.
Mungkin kita juga rindu tetika teman-teman lama saling menghubungi mengajak
berbuka bersama, meski lebih sering disebut sebagai meninggalkan shalat magrib
bersama-sama. Jika tidak seperti itu, susunan acaranya berganti jadi shalat
magrib berjamaah, makan bersama kemudian diskusi ngalor ngidul hingga larut
malam. Alhasil meninggalkan shalat isya dan terawih secara berjamaah tanpa
menarik kesimpulan dari diskusi yang dilakukan. Anehnya hal ini selalu saja
terulang tiap tahunnya, kemudian menjadi hal biasa yang biasa-biasa saja.
Tak hanya itu sebenarnya, jika diruntut hal biasa yang menjadi tak biasa pun
ada tiap tahunnya. Apakah itu ?. Yakni konflik lama yang selalu saja dibawa oleh
sebagian orang untuk merusak nikmatnya beramadhan. Seperti masalah penentuan
awal akhir puasa dan Jumlah rakaat terawih. Penentuan awal akhir puasa tidaklah
terlalu ekstrim saat menjadi topik yang dilayangkan melalui media sosial
sekalipun, dan seolah-olah semua orang sepakat bahwa penentuan tersebut sudah
memiki dasar masing-masing dari tiap golongan yang mereka yakini. Berbeda ketika
shalat terawih menjadi bahasan, selalu menjadi adu lempar pendapat yang
sebenarnya tidak diperlukan. Terkadang membuat kita ngguyu terpingkal-pingkal
tanpa kesadaran, bahwa kita tak bisa memahami semua telah memiliki dasar
masing-masing seperti halnya penentuan awal bulan ramadhan.
Permasalahan rasanya tiba-tiba menjadi ada akibat tataran pemahaman yang
berbeda. Padahal baik perumusan masalah dan batasan hukum telah dibahas
bertahun-tahun silam dan kita tinggal mengikutinya saja. Siapa yang bisa
disalahkan, media sosial sekarang ini telah mengeksploitasi semua hal. Atau
siapakah yang sedang mengambil keuntungan dari konflik internal yang berusaha
dibesarkan. Tidak ada yang tau, yang pasti kebencian semacam ini telah mengakar
terbentuk sebelum setan dibelenggu ketika bulan ramadhan. Barangkali setanlah
yang sedang mengambil keuntungan ataukah setan yang berkepala hitam. Kita tidak
pernah sama-sama tau.
Ini ramadhan, Kita cukup fokus antara kita dengan
Tuhan, memperbaiki kualitas hubungan dengan kerabat dan teman. Selebihnya
biarkan, agar tiada sesal se-usai ramadhan kemudian.
Sugitcakgit
PPDS, 26 Mei 2016
0 komentar:
Posting Komentar