Foto Istimewa |
Pondok pesantren Darussalam (PPDS)_Keputih Surabaya , menjadi tempat
yang paling nyaman kedua setelah rumahku di kampung halamanku. Tak banyak orang
yang tau tentang tempat ini, tak banyak orang yang mau pula tinggal di tempat
ini. Selama disini aku menyaksikanya sendiri, hampir beberapa orang masuk dan
kemudian pergi tak kembali. Mungkin ini adalah anugerah bagiku yang aku sendiri
belum tau mengapa aku betah dan sangat rindu pulang ke pondok selepas kuliah.
Disini ada orang-orang pilihan, disini ada orang-orang yang berbeda dari
biasanya . Aku sangat sulit menjelaskan tempat ini. Mendefinisikanya saja hal
yang tak biasa menurutku... ini tempat apa ya ?? selalu sama pertanyaanku..
Aku menulis ini ,dengan duduk menyendiri di pojok lantai 3 dengan bersandar pada pagar hitam pembatas pengaman tempat orang berdiri, sisi ini memang paling tepat untuk mengamati semua keadaan di lingkungan pondok pesantren Darussalam. Tepat arah jam 12 dari sisi utara kupandangi , teman-temanku ada yang asyik bermain dengan piranti kecilnya (gadget canggih), mereka duduk bersama melingkar, entahlah apa yang ada ditengah-tengahnya, tak terlihat dariku saat ku coba memandang. Dekat dengan mereka temanku yang lainya sedang asyik memasak mie isnstant dan kopi bubuk , mereka tertawa-tawa karena alat pemanasnya yang tak kunjung bisa dioperasikan .hahaha... aku jadi ikut tertawa ringan.
Kulihat ke lantai bawah, si Ari salah seorang santri yang
sedang asyik mengucek, memeras dan menjemur pakaian, dia sedang mencuci.
Wajarlah setiap hari libur kuliah seperti ini, tempat penjemuran pakaian selalu
ramai baju-baju para santri yang ingin bersih. Tampak pula seorang santri yang
sedang piket membersihkan halaman dengan sapu panjangnya (red: sapu kerik).
"krakk krakk ,krakkk" , begitulah kudengar dari lantai tempatku duduk
ini. Kutengok lagi, si Ari yang belum selesai jemur pakaian di bawah, sudah ada
lagi mas maksum yang mencuci baju di kamar mandi. "wah, mana cukup tuh
jemuran", dalam hatiku bergumam..
Aku coba berdiri , masih di tempat yang sama, kucoba menengok kamar-kamar terdekat dari tempatku berdiri, terlihat teman-teman yang sedang tidur lelap sekali, tampak dari bunyi dengkuranya "krookk...krookk" , seperti suara mesin blender jus buah di sebelah rumah. Bahkan suara alarm seseorang yang berbunyi pun tak terhiraukan, tidak ada yang terbangun seorang pun. Merasa kasihan melihat teman-teman yang asyik tidur, aku pun bergegas menuju alarm tersebut dan mematikan bunyi liarnya.
Bergegas aku kembali menuju tempat duduk tadi, di pinggir pagar
hitam dengan duduk lesehan. Aku lanjutan tuk menulis kembali, pernah aku
mempunyai perasaan yang sama dengan temanku yang kuajak mondok dulu, yang kini
telah pergi meninggalkan tempat ini. Kini dia berubah tak seperti seharusnya.
Tenang kawan pembaca ini pondok laki-laki semua.. hahahaa
Sedikit bercerita saat pertama aku ada di tempat ini, Sebelum
tidur aku berdiri memandangi orang-orang yang telah tidur dahulu, tampak pulas
menikmati malam, kuhitung jumlah penduduk satu kamar dengan jari,13 orang
+(plus) aku. "waahhhh jumlah yang banyak untuk satu kamar 5x4 ini" ,
itu yang terpikir olehku.Aku tak bisa tidur malam itu.
Kupejamkan mata, tetap saja tidak bisa, tak beralaskan selembar tikarpun, tak
ada kasur seperti kos-kosanku dahulu, tak ada penerangan yang secerah kamarku
dirumah. Ditambah suara nyamuk yang mengitari telingaku, " ngiiiinggg
,ngiiingggg, ,ngiiing..." lengkap sudah penderitaan malam itu. Sisi atas
dan sisi bawah badan semua jadi santapan nyamuk yang tak hirau dengan bau
autan(Red: pengusir nyamuk). Jangankan mata terpejam, tubuh diam pun tak
mendapat kesempatan. " plak ,plak.. " tangan kanan dan kiri ku ayunkan,
tapi tak satupun nyamuk kutagkap. Di tambah dinginya malam yang panjang tak ada
satupun yang hirau denganku, karena orang di sekelilingku telah tidur dengan
nikmatnya.
Kuambil jas lab berwarna ungu yang biasa kugunakan praktikum di
kampus, kain jas ringan itu kugunakan membungkus kepala agar tak terdengar lagi
suara-suara nyamuk yang mengitari kepalaku. Sambil kupejamkan mata dengan
pelan-pelan hatiku berbisik, " Ya Allah, jangan jadikan hanya karena perkara
semacam ini, membuatku luntur semangat untuk mencari (ridho) Engkau ,Ya Rab.. ".
Sesaat setelah aku berdoa ,tidurlah aku dengan pulas.
Baru saja merasakan tidur, bunyi keras dari pintu yang digedor oleh ustad dengan sebuah tongkat papan membuatku bangun dengan kaget, " DOKK, DOKK, DOOkk..." . Semua santri bergegas berlarian ke kamar mandi, "Ada apa ini masih malam ribut sekali" pikirku dengan polosnya. Ternyata memang seperti itu alarm pagi bagi para santri.
Baru saja merasakan tidur, bunyi keras dari pintu yang digedor oleh ustad dengan sebuah tongkat papan membuatku bangun dengan kaget, " DOKK, DOKK, DOOkk..." . Semua santri bergegas berlarian ke kamar mandi, "Ada apa ini masih malam ribut sekali" pikirku dengan polosnya. Ternyata memang seperti itu alarm pagi bagi para santri.
Sudah satu tahun lebih aku berada di tempat ini, sekarang
tak ada lagi rasa segan terhadap apapun yang telah ada, tidur tanpa tikar, tanpa
bantal dan tak beralas pun jadi. Dengan nyamuk pun sudah biasa, tidur
berdesak-desakan semakin seru supaya sang nyamuk bingung memilih darah mana yang
akan dihisap, itu kami anggap cara mengelabuinya. hahaa.
Sisi pondok pesantren yang kental dengan nuansa Kekeluargaan,
Kesederhanaan, Semangat dan Keta’dziman terhadap guru mengajarkanku banyak hal.
Segi kesederhaan dan saling berbagi mungkin tak akan kudapatkan di tempat lain,
disini aku menemukan hal bahwa" manusia tak ada gunanya, jika tak menjadi
manfaat bagi semesta alam". Ada banyak hal yang mungkin tak mampu kutulis
disini, namun aku meyakini pondok pesantren adalah ladang terbaik belajar untuk
kehidupan dan kematian. Alhamdulillah, aku bersyukur masih diijinkan
Allah untuk hidup di tempat ini, tempat yang pernah kuidam-idamkan, tapi entah
kapan di masa lalu. Disini aku mendapatkan ketenangan, yang terkadang membawaku
berandai-andai "Andai aku diijinkan bercita-cita kembali, pasti aku memilih
ingin menjadi kyai yang hidupnya tenang tak berfikir masalah duniawi". heheehe.
Sumber :
Kisah iNspiratif Sugitcakgit.
Kisah iNspiratif Sugitcakgit.
0 komentar:
Posting Komentar