Ayok Ngopi |
Ngopi merupakan suatu tradisi yang melekat pada masyarakat. Mulai dari
kalangan bawah hingga kalangan atas, mulai dari golongan biasa sampai golongan
priyai. Siapa yang tak suka ngopi, kaum intelek dan mahasiswa pun menyukainya.
Meskipun banyak yang menyebut bahwa ngopi hanya khusus kalangan bawah, Tapi
perlu kita pahami bahwa kita hanya beda istilah dan tempat. Perbedaanya hanya
tentang nama " Warkop dan Starbak". Sebenarnya ini hanya tentang selera, karena
kepuasan lidah yang berbeda. Lidah yang ingin mengungkap rasa manis ataupun
pahitnya suasanya.
Perbedaan nama dan tempat, tak bisa mewakili makna dari "Ngopi". Baik itu di
sudut jalan tengah kota atapun di pojok mall yang berkaca, tetap saja kita mampu
asyik bercengkrama. Baik dengan sanak saudara, tetangga, kawan lama ataupun
lawan kita. Suasana yang ditawarkan dari sebuah ajakan untuk ngopi sebernarnya
sangatlah bervariasi. Entah itu bermakna ajakan belaka ataukah ada segudang
maksud yang diselipkan. Namun hasrat untuk ngopi tetap saja tak bisa diawali
dengan berburuk sangka terlebih dahulu.
Ada sedikit aroma yang khas dari secangkir kopi yang ditawarkan. Tawaran
secangkir kopi mampu membentuk majlis-majlis kecil yang berisi beberapa orang,
tiga hingga sebelas orang. Satu sebagai pembawa alur cerita dan lainya sebagai
pendebat cerita. Semua luruh menjadi satu, Mulai dari Gurau yang berkelas, tawa
renyah yang pas, Dan Lara duka yang melepas puas terjadi disana. Beban-beban
kehidupan yang tak ada obatnya, seolah-olah berguguran satu-persatu. Bahkan
perasaan-perasaan para pemuda penggiat cerita cinta tercurah semua dengan hanya
secangkir kopi.
Tak hanya itu, ngopi pun mampu melepaskan kejenuhan dalam ke-istiqomahan.
Membentuk rasa sabar dalam cerita keseharian yang membosakan. Tak dipungkiri
bahwa dari hasil diskusi di warung kopi mampu memberikan kontribusi untuk
mengubah negeri. Jika itu terlalu tinggi, setidakya mampu mengubah diri sendiri.
Pemikiran cerdas yang tak sengaja pun dapat terlahir disana. Diawali dengan
bercerita tentang pribadi diri sendiri dan ungkapan perasaan keseharian, menjadi
salah satu metode mengawali ngopi. Tak jarang pula diskusi klasik yang menjadi
problematika keseharian dan sosial, selalu saja tak sengaja menjadi bahasan
meskipun dengan indikasi "Ngarasani" Teman.
Seruputan pertama adalah cara untuk membuka bahasan, seruputan kedua dan
seterusnya adalah cara untuk mendapat hasil dari diskusi yang disajikan. materi
tentang perbedaan pendapat selalu saja menarik untuk menjadi bahasan. Terlebih
mengenai radikalise dan liberal dalam berpendapat. Sudah barang pasti menjadi
moderat adalah pemenang diantara keduanya, Meskipun kita perlu mensepakati
sesuatu yang tidak disepakati dari kedua belah pihak. Tak ada standar yang
ditawarkan dari suatu kebenaran kecuali kesepakatan hasil dari diskusi bersama.
Kebenaran tak pernah bisa kita paksakan dengan standar diri sendiri (perorangan)
yang kita sendiri tak mengetahui siapa sebenarnya diri ini. Itulah mengapa,
berkaca pada sejarah adalah cara untuk merefleksi permasalahan di masa sekarang
demi mensepakati menjadi suatu kebatilan ataukah kebenaran. Bisa dipastikan
semua akan kalah dengan sejarah, karena hal yang terjadi saat ini tak ubahnya
merupakan hasil dari pemikiran dan diskusi yang disepakati pada tahun silam.
Ujungnya sudah pasti bisa kita tangkap, semua akan damai bersepakat hanya dengan
secangkir kopi pada tegukan terakir. Meskipun setelah ngopi tak bisa kita
ketahui akan bersebrangan kembali ataukah tidak.
Diskusi dengan cara ngopi ataukah ngopi sambil berdiskusi adalah tradisi yang
membumi. Tak ada permasalahan yang diselesaikan dengan cara bertengkar disana,
tak ada pula dendam yang mengakar setelah problem ini dan itu di diskusikan
dengan secangkir kopi. Tak ada pula saling tunjuk dan tonjok menyalahkan sisi
lain yang berbeda pendapat kecuali memang belum mengetahui alasan yang sangat
tepat.
Ngopi tak hanya bisa dilakukan di warung kopi ataukah keadai sejenisnya.
Cukup dengan air panas dengan racikan gula dan kopi sesuai selera akan mampu
menjadi pembuka diskusi ataupun menjadi teman untuk menyendiri. Lebih
nikmat jika dihidangkan oleh sang istri ataukah pujaan hati (maaf,
salah tulis ). Ngopi dan diskusi seolah tak bisa dipisahkan, Selalu saja ada
kepahitan yang manis dari seduhan secangkir kopi yang dituang di tengah
kebersamaan.
Jika adik sedang menyendiri, Mungkin akang hanya bisa
berucap "Minta tolong seduhkan secangkir kopi ya dik, ayo kita diskusi
tentang masa depan". hehe
Sgt
PPDS, 31/03/2016
0 komentar:
Posting Komentar