Selasa, 03 Januari 2017

Sekeras tanggung jawab


sumber  : pekerja keras 

  Siang ini sangat terik, matahari terasa menyengat tubuh ini. Kayuh sekopku harus tetap jalan, menurunkan pasir dalam bak truk ini, sendirian. Pantang minum sebelum, semua pasir turun. Keringat ini terus mengalir, dan terus kuusap dengan baju. Kemudian ku peras dan kuusap lagi leher ini. Belum sampai separuh, celana yang kukenakan basah kuyup tak karuan. Sekalipun badan telah ku seka dengan kaos putih yang bawa, tetap saja tak mampu menahand derasnya keringat. Tak masalah, aku tidak sedang mengeluh. Fani anakku harus tetap makan, istriku harus bisa memasak esok pagi. Aku sendiri tak ingin bercerita tentang ini, andaikan istriku tau derasnya keringat ini, mungkin tak akan tega makan dari hasil pekerjaanku.
Kurang tiga sekop lagi selesai, kuseka wajah yang bercucuran keringat ini. kemudian kuselesaikan tiga sekop terakir.

“Sudah selesai pak, “ aku lapor pada pak supir.

“Oh, ini mas upahnya”. Pak sopir itu memberikan beberapa lembar uang kepadaku.

  Dan masih ada banyak truk yang harus kuselesaikan siang ini, ikut menaikan dan menurunkan pasir dari truk pak joni. Tak banyak, Tapi ini cukup untuk beli susu si fani. Untuk dapur aku harus mencari lagi. Dengan senang hati kuterima job dari pak budi, tukang beras di pasar seberang. Jadi, jika sore tiba, aku segera berangkat ke pasar, bukan untuk belanja atau shoping lah istilahnya. Setelah selesai dengan pasir aku bersih diri solat ashar di masjid sebelah penampungan pasir. Meluncurlah aku menuju pasar sebagai kuli panggul beras. Jika siang dengan pasir, sore ini harus dengan beras. Tubuh ini tak bisa lelah. Untunglah istriku ini pengertian, setiap aku pulang. Dia pasti menawarkan diri untuk memijat tubuh ini. Rasa lelah bahakan tak pernah ada ketika melihat fani senang dengan kepulanganku. Aku baru mengerti “ mungkin inilah rasanya menjadi lelaki seutuhnya”.

 Alhamdulillah, istriku ini paham. Tubuh yang peluh dipijat, meski terasa sakit aku hanya diam. Menyembunyikan rasa sakit. Aku memang tak pernah cerita tentang pekerjaanku pada istriku. Aku hanya bilang aku berangkat bekerja, dan aku berpesan “bunda, jangan tanya kerja ayah apa. bunda hanya boleh tanya halalkah yang ayah bawa, doakan ayah” hanya itu. Dengan meninggalkan senyum fani, aku berangkat. Entah apa yang akan kulakukan nanti, yang paling penting yakin.

 Tapi kini aku mengerti, mungkin ini adalah jalan Tuhan. Atau jawaban dari doa-doa istriku, atau mungkin risky untuk si fani anakku. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang  atas semua risky yang kuterima. Tuhan yang lebih mengerti tentang keadaan hambanya, akan aku jalani, jalan ini.

Inilah keluargaku, aku yang akan bertanggung jawab terhadap anak istriku !!” Tegas mas aris ketika bercerita pada penulis.


Kisah inspiratif :
Mas aris

04/12/2016 
Cerita hikmah motivasi

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit