Rabu, 30 Desember 2015

PPDS

Foto Istimewa
Pondok pesantren Darussalam (PPDS)_Keputih Surabaya , menjadi tempat yang paling nyaman kedua setelah rumahku di kampung halamanku. Tak banyak orang yang tau tentang tempat ini, tak banyak orang yang mau pula tinggal di tempat ini. Selama disini aku menyaksikanya sendiri, hampir beberapa orang masuk dan kemudian pergi tak kembali. Mungkin ini adalah anugerah bagiku yang aku sendiri belum tau mengapa aku betah dan sangat rindu pulang ke pondok selepas kuliah. Disini ada orang-orang pilihan, disini ada orang-orang yang berbeda dari biasanya . Aku sangat sulit menjelaskan tempat ini. Mendefinisikanya saja hal yang tak biasa menurutku... ini tempat apa ya ?? selalu sama pertanyaanku..

Aku menulis ini ,dengan duduk menyendiri di pojok lantai 3 dengan bersandar pada pagar hitam pembatas pengaman tempat orang berdiri, sisi ini memang paling tepat untuk mengamati semua keadaan di lingkungan pondok pesantren Darussalam. Tepat arah jam 12 dari sisi utara kupandangi , teman-temanku ada yang asyik bermain dengan piranti kecilnya (gadget canggih), mereka duduk bersama melingkar, entahlah apa yang ada ditengah-tengahnya, tak terlihat dariku saat ku coba memandang. Dekat dengan mereka temanku yang lainya sedang asyik memasak mie isnstant dan kopi bubuk , mereka tertawa-tawa karena alat pemanasnya yang tak kunjung bisa dioperasikan .hahaha... aku jadi ikut tertawa ringan.

Kulihat ke lantai bawah, si Ari salah seorang santri yang sedang asyik mengucek, memeras dan menjemur pakaian, dia sedang mencuci. Wajarlah setiap hari libur kuliah seperti ini, tempat penjemuran pakaian selalu ramai baju-baju para santri yang ingin bersih. Tampak pula seorang santri yang sedang piket membersihkan halaman dengan sapu panjangnya (red: sapu kerik). "krakk krakk ,krakkk" , begitulah kudengar dari lantai tempatku duduk ini. Kutengok lagi, si Ari yang belum selesai jemur pakaian di bawah, sudah ada lagi mas maksum yang mencuci baju di kamar mandi. "wah, mana cukup tuh jemuran", dalam hatiku bergumam..

Aku coba berdiri , masih di tempat yang sama, kucoba menengok kamar-kamar terdekat dari tempatku berdiri, terlihat teman-teman yang sedang tidur lelap sekali, tampak dari bunyi dengkuranya "krookk...krookk" , seperti suara mesin blender jus buah di sebelah rumah. Bahkan suara alarm seseorang yang berbunyi pun tak terhiraukan, tidak ada yang terbangun seorang pun. Merasa kasihan melihat teman-teman yang asyik tidur, aku pun bergegas menuju alarm tersebut dan mematikan bunyi liarnya.

Bergegas aku kembali menuju tempat duduk tadi, di pinggir pagar hitam dengan duduk lesehan. Aku lanjutan tuk menulis kembali, pernah aku mempunyai perasaan yang sama dengan temanku yang kuajak mondok dulu, yang kini telah pergi meninggalkan tempat ini. Kini dia berubah tak seperti seharusnya. Tenang kawan pembaca ini pondok laki-laki semua.. hahahaa

Sedikit bercerita saat pertama aku ada di tempat ini, Sebelum tidur aku berdiri memandangi orang-orang yang telah tidur dahulu, tampak pulas menikmati malam, kuhitung jumlah penduduk satu kamar dengan jari,13 orang +(plus) aku. "waahhhh jumlah yang banyak untuk satu kamar 5x4 ini" , itu yang terpikir olehku.Aku tak bisa tidur malam itu. Kupejamkan mata, tetap saja tidak bisa, tak beralaskan selembar tikarpun, tak ada kasur seperti kos-kosanku dahulu, tak ada penerangan yang secerah kamarku dirumah. Ditambah suara nyamuk yang mengitari telingaku, " ngiiiinggg ,ngiiingggg, ,ngiiing..." lengkap sudah penderitaan malam itu. Sisi atas dan sisi bawah badan semua jadi santapan nyamuk yang tak hirau dengan bau autan(Red: pengusir nyamuk). Jangankan mata terpejam, tubuh diam pun tak mendapat kesempatan. " plak ,plak.. " tangan kanan dan kiri ku ayunkan, tapi tak satupun nyamuk kutagkap. Di tambah dinginya malam yang panjang tak ada satupun yang hirau denganku, karena orang di sekelilingku telah tidur dengan nikmatnya.

Kuambil jas lab berwarna ungu yang biasa kugunakan praktikum di kampus, kain jas ringan itu kugunakan membungkus kepala agar tak terdengar lagi suara-suara nyamuk yang mengitari kepalaku. Sambil kupejamkan mata dengan pelan-pelan hatiku berbisik, " Ya Allah, jangan jadikan hanya karena perkara semacam ini, membuatku luntur semangat untuk mencari (ridho) Engkau ,Ya Rab.. ". Sesaat setelah aku berdoa ,tidurlah aku dengan pulas.
Baru saja merasakan tidur, bunyi keras dari pintu yang digedor oleh ustad dengan sebuah tongkat papan membuatku bangun dengan kaget, " DOKK, DOKK, DOOkk..." . Semua santri bergegas berlarian ke kamar mandi, "Ada apa ini masih malam ribut sekali" pikirku dengan polosnya. Ternyata memang seperti itu alarm pagi bagi para santri.

Sudah satu tahun lebih aku berada di tempat ini, sekarang tak ada lagi rasa segan terhadap apapun yang telah ada, tidur tanpa tikar, tanpa bantal dan tak beralas pun jadi. Dengan nyamuk pun sudah biasa, tidur berdesak-desakan semakin seru supaya sang nyamuk bingung memilih darah mana yang akan dihisap, itu kami anggap cara mengelabuinya. hahaa.

Sisi pondok pesantren yang kental dengan nuansa Kekeluargaan, Kesederhanaan, Semangat dan Keta’dziman terhadap guru mengajarkanku banyak hal. Segi kesederhaan dan saling berbagi mungkin tak akan kudapatkan di tempat lain, disini aku menemukan hal bahwa" manusia tak ada gunanya, jika tak menjadi manfaat bagi semesta alam". Ada banyak hal yang mungkin tak mampu kutulis disini, namun aku meyakini pondok pesantren adalah ladang terbaik belajar untuk kehidupan dan kematian. Alhamdulillah, aku bersyukur masih diijinkan Allah untuk hidup di tempat ini, tempat yang pernah kuidam-idamkan, tapi entah kapan di masa lalu. Disini aku mendapatkan ketenangan, yang terkadang membawaku berandai-andai "Andai aku diijinkan bercita-cita kembali, pasti aku memilih ingin menjadi kyai yang hidupnya tenang tak berfikir masalah duniawi". heheehe.



Sumber :
Kisah iNspiratif Sugitcakgit.
#GUYU(B) SANTRI hikmah kisah motivasi tauhid

Minggu, 27 Desember 2015

Jaman Tampilan




Selamat datang dijaman tampilan, dimana penampilan akan ditinggikan,diagungkan, dan direndahkan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana kesederhanaan sangat dihinakan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana keilmuan tak lagi dihiraukan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana kesenangan dianggap kesengsaraan.

Selamat datang dijaman tapilan, dimana pujian dianggap sebagai jaminan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana tradisi hanya dianggap sebagai kesalahan.

Selamat datang dijaman tampilan, diamana mata yang memandang dijadikan ukuran.

Selamat datan dijaman tampilan, dimana tampilan dijadikan kekuatan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana para pecundang bermain peran.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana kejujuran menjadi bahan cemoohan.

Selamat datang dijaman tampilan, dimana kepantasan lebih diutamakan ketimbang keahlian.

Selamat bertarung kawan, jaman kita memang akan sangat mengerikan, dimana tampilan dijadikan 
gertakan untuk membela diri, untuk mengatakan kebenaran. Saat itu akal kita sudah tidak lagi berkutik dihadapan para penari zaman, kedalaman ilmu tak lagi dipentingkan, hanya sebatas kemampuan mata untuk memandang yang dijadikan acuan. Kerusakan-kerusakan akan nampak dengan perlahan dan mematikan. Saling bertarung beradu tampilan yang meyakinkan.


Hal semacam ini tentunya harus kita sikapi dengan bijak, dengan mengukur kemampuan dan berguru pada yang memiliki sanad keilmuan. Bukan hanya masalah akhirat bukan hanya masalah dunia, tapi keduanya dengan berdasar pada agama.

Sumber :
Kisah Inspiratif para sahabat
#GUYU(B) SANTRI puisi

Menahan Tresna



Sulit menggabarkan di secarik kertas tak bertinta
Mengenang diantara membayangkan
Merindukan ditengah kesepian memanjang
Tak berkasih layaknya bunga di taman
Mengandai andai bak bertemu ujung senang

Tresna...
Tampaknya berbeda
Disepanjang  guratan yang tersaji setiap malam
Tampak menjadi jawaban cerminan
Di tengah penantian yang tersimpan

Menahan Tresna...
Tresna harus Menahan
Terus menahan kepahitan yang bukan pilihan
Terus menahan penjagaan gelap gulita malam
Teruslah menahan yang memang bukan kesenangan

Tresna yang tertahan...
Memang bukan sebuah pilihan
Melainkan keharusan yang tersampaikan dengan diam
Tunduk patuh pada sebuah aturan

Tresna perlu tau..
Saat malam menyita waktu
Berbait terangkai ungkapan senang dan sendu
Terangkai syair-syair ucap tanpa terasa pilu

Tresna harus bertahan...
Terus bertahan demi mempertahankan aturan
Terus bertahan menyikapi taatnya keharusan
Terus bertahan mencapai kepantasan

Tresna yang bertahan ..
Bagai keyakinan menemui malam saat pagi datang.

Sumber :
Kisah inspiratif sahabat Tiar




puisi

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit