Kamis, 07 Januari 2016

Filled Under: , ,

Warkop Setia pun Tak Setia

#GUYU(B) SANTRI Cerita kisah
Gambar 
   Sore ini mendung sekali, tampak awan bergulung-gulung berwarna hitam di sejauh aku memandang, dan gerimis kecil mulai berdatangan. Aku yang berdiri di teras masjid Assa’adah memandangi orang-orang berlarian kecil menerjang gerimis setelah sholat ashar berjamaah, ada pula adik kecil bergandengan dengan sang ayah yang berlari dengan pelanya, anak itu tertawa menikmati gerimis sementara sang ayah yang menggandengnya tak henti-hentinya berucap pada anaknya "Ayo diik,dilihat jalannya". namun sang anak tak menghiraukanya, dia tetap asyik berlarian kecil memandangi langit yang meneteskan gerimis sambil tertawa-tawa. "Hemmbb, repot juga ya jika jadi sang ayah" gumamku dalam hati.

   Akhirnya aku pun memutuskan menerjang gerimis, sembari menjinjing sarung dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang kopyah agar tak basah, berlari kecil kulakukan dengan berhati-hati. Sampailah aku di asrama pondok, dengan baju bagian pungguh sedikit basah. Aku segera menjereng baju dan berganti dengan baju yang kering. Kuamati melalui cendela gerimis telah reda, "yaahh gerimisnya slesai" ucapku agak kesal. Aku menengok ke langit, langitpun masih hitam sempurna seolah akan turun hujan, dan hawa dingin mulai terasa menusuk kulit, angin berhembus dengan perlahan seolah sang awan sedang menata maksud untuk hujan. Sore yang biasanya terang benderang hari ini , menjadi seperti malam. Kebetulan teman-teman sekamar sedang pada pulang karena libur akhir pekan, dalam satu kamar tinggal tiga orang saja yakni aku, Zidny, dan mas Daus.

"Dingin gini enaknya ngopi kali ya.." ucap zidny.

"Duh, perut juga lagi keroncongan ini, ayo ke warung dah.." ajak mas daus.

"iya juga mas, sama ini lagi laper juga.. ayo brangkat dah" sahutku dengan semangat.

Tanpa pikir panjang, kami bertiga berangkat menuju warung terdekat, maksud kami menuju warung di depan pondok seberang jalan. Kami pun segera turun ke lantai bawah, tiba-tiba gerimis turun lagi dengan pelan. Kami menerabas sambil menjinjing sarung, dengan melompati genangan air di gang kecil sbelum pintu keluar pondok. Tiba tepat di bawah gapura pondok, kami berhenti karena hujan yang semakin deras, " wah, pasti akan basah kuyup jika tetap menerjang menyeberang jalan" ucapku dalam hati. Di gapura ini kami berteduh di bawah asbes( red: Genting ) yang terpasang pada gapura, karena sempit kami saling merapatkan diri supaya tidak basah, tapi tetap saja karena angin yang berhembus. "bessshhhhhh...." seolah disiram orang dengan air satu timba, basah kuyuplah kami bertiga.

Merasa sudah basah zidny langsung berlari menyeberang jalan menuju warung yang bernama WarKop Setia, disusul mas daus baru kemudian aku berlari menyusulnya. Namun na’as ,warkop yang menyediakan minuman hangat dan juga makan ini tutup.
mas daus pun berucap dengan santai "Ketika hujan seperti ini, warkop pun jadi tak setia ya .."
" Gerrrrr ...hahahahahaa" , aku dan zidny tertawa lepas.

" itulah mas daus , nama memang tak pernah menunjukan orangnya, seperti warung ini nih, namanya aja yang warkop setia, saat dibutuhkan gini dia malah tak setia ...hahaa " ucap zidny dengan sok bijak.

" Biarkan warkop ini tak setia, yang penting aku setia menanti adik tercinta...hahaa" ucapku dengan ringan

"hahaha,, Kamu ini sok puitis mbah mbah !! " Sahut Zidny dengan panggilan kesayanganya terhadapku.


Oleh SugitCakGit
Diketik : 07/01/2016

0 komentar:

Posting Komentar

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit