Rabu, 14 Oktober 2015

Filled Under:

Siapa Husna ?

kisah
      Siang ini agak mendung , ada sedikit agenda perkumpulan pada suatu ruangan untuk pertemuan awal. Yang kurasa keringat bercucuran membasahi diri. Wajar lah kota besar ini sangat panas hari ini. Semua orang disekar pun berkata sama, badan lengket , baju basah dan sejenisnya. Aku berada di antara  orang-orang keren sore ini, bagaimana tidak keren tak satupun yang kukenal tapi kami dalam satu ruangan. Cakap ngobrol kesana kemari kulakukan dengan teman lamaku, jadi tak ku gubris semua orang yang tak kukenal, karena mereka pun sibuk berdiskusi dengan rekanya sendiri-sendiri.
Orang di depanku ini makin buat gelisah saja rasanya, dengan berkerudung hitam seolah makin mengumpulkan panas di hadapaku. Tak apalah, ini memang cara perempuan berbusana syar’i. tapi bukan warna hitam yang membuatku gelisah, sikap yang menjaga diri yang kuamati yang memaksa aku berusaha menghindari.

Duuuh, orang ini  … “, dalam hati bergumam. Sesekali tampak melirikkku, aku pengen lari rasanya.
Sedikit  cakap, dia berusaha berbaur dengan orang sekitarnya, tibalah dia menanyakan namaku, 

“ Siapa namamu ?” ucapnya
“jo o ko,” dengan terburu-buru aku menjawabnya.

Sudah hanya itu saja, dia tak lagi menanyaiku. Tampaknya dia tuan rumah dari gedung ini, makanya harus ramah dengan semua pengunjungnya.
Waktunya shalat telah tiba, kebetulan celana yang kugunakan kotor,  karena kendaraan yang ku kendarai  lewat jalan becek saat aku menuju gedung pertemuan. Aku sedikit bingung sementara waktu shalat telah tiba.

Ku tanya orang sekitar tak tau, apakah ada sarung yang bias kugunakan.  Semua orang malah menyarankanku menanyakan tuan rumah tadi.

“Eh mba’, apa ada sarung di musholla dekat gedung ini ?” tanyaku dengan pelan.
InsyaAllah ada mas” jawab mba’nya dengan nada kalem.

Wah makin puyeng aja kepalaku ini, dengar jawabanya. Jarang-jarang aku dengar jawaban seperti  ini sangat meyakinkan rasanya karena ditambah dengan senyuman mba’nya yang manis. hehe
Bergegas aku langsung aja aku menuju musholla ,  sampailah aku di musholla. Kuputari satu musholla tak ada selembarpun sarung.

Hahaha , pikiranku  dibuat tertawa ….

Sore hari menjelang, ruangan pertemuan tampak sepi tiada seorangpun disana. Tinggalah aku seorang yang telah kembali kemudian duduk di kursi paling belakang ruangan untuk menunggu acara selanjutnya. Sengaja aku duduk paling belakang untuk sedikit beristirahat setelah shalat ashar.

Kurasakan ketengan pada ruang pertemuan yang hening, dengan hembus dari angin yang melalui celah-celah cendela di diatas pintu. Kebetulan di luar ruangan ini penuh dengan pepohonan yang masih rimbun dan tanaman obat yang dijadiakan taman. kuletakan kepala yang terasa berat pada badan kursi yang agak keras, supaya menghilangkan kepusingan kepala karena agenda yang terlalu padat. Hampir-hampir mata ini terpejam dengan sempurna, sedikit sayup mata terasa mengantuk akibat hembusan angin yang segar.

Dari sudut kanan ruangan kudengar hembusan suara yang nyaring nan merdu, aku sedikit penasaran dengan suara ini. Sesegera mungkin aku berdiri, melangkahkan kaki ke kanan ruangan. Kusingkap kelambu lusuh cendela, kulihat dari jendela kaca tampak suara merdu itu bersumber dari seorang anak kecil berkerudung biru, kira-kira berumur 7 tahun, yang sedang mengaji dengan lancarnya di ruang panitia pertemuan.

Kesan ini menyeret langkah kaki ku untuk keluar dari ruang pertemuan, kubuka pintu dan aku menuju anak perempuan kecil itu. Aku sedikit mondar-mandir di depan pintu sebelum aku bertanya, karena kwatir menghentikan ngaji anak kecil tersebut. Setelah dia selesai mengaji, sesegera itu aku menghampirinya.

" Dek, maaf toilet sebelah mana ya?" ,gayaku bertanya
" Sebelah sana kak, lurus belok kanan di belakang ruang pertemuan." ucapnya.
"O iya, adik namanya siapa? " tanyaku
"Nisa kak, kakak namanya siapa ?" sahut dia
"panggil saja kak joko, adik disini sama siapa? ,dan kok bisa ada disini ?" tanyaku
"sama kak husna kak, saya tadi ikut soalnya dirumah ibu sama ayah sedang keluar kota, lagian aku juga sering maen disini kak." jawabnya dengan tersenyum.
" ngajinya bagus banget, siapa dek yang ngajari?" tanyaku dengan rasa ingin tau.
" yang ngajari ya pasti kakak aku lah kak, kak husna, dia kan juara ngaji di TPQ nya dulu.. hehe, tapi seringnya aku ngaji sama ibu kadang juga sama ayah" jawabnya dengan bangganya.
"yasudah dek ndang dilanjutin ngajinya, jadi dedek yang pinter ya, ini kakak ada permen mau ndak?"
"ndak mau kak, aku masih punya banyak tuh di tas" jawabnya
kusahut dengan senyum , dalam hatiku berkata "ndak mau yaudah biar tak makan sendiri aja, lagian ini juga dari kotak pertemuan, hehee".

Asyik bicara dengan adik kecil tadi aku pun dipanggil panitia untuk kembali ke ruang pertemuan karena agenda selanjutya akan segera dimulai. Segera aku berdiri dan mengucap salam " sampai berjumpa lagi ya dek, kakak pasti bertemu kamu lagi". dengan mengusap kepalanya aku pun kembali ke ruang pertemuan.

Hikmah : Setiap anak kecil adalah air jernih, kejernihan ini akan terjaga tidaknya bergantung pada sekitar air yang merusak ataukah tidak.

Kisah Inspiratif :

Sahabat Han.

0 komentar:

Posting Komentar

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit