Sabtu, 12 Maret 2016

Filled Under: , ,

Gelap Gerhana

#GUYU(B) SANTRI #Opini campuran
Gambar apik
  Gerhana matahari, fenomena ini cukup menarik untuk diperbincangkan. Beberapa hari yag lalu sebelum hari H terjadi gerhana matahari, hampir setiap stasiun televisi menjadikan hal ini sebagai tema utama. Beberapa orang menganggap hal ini berlebihan, seolah-olah mendahului takdir yang akan terjadi. Lain pihak lain pula caranya, Media cetak pun tak kalah dalam memberitakan hal ini. Bahkan saking seringnya muncul di media, masyarakat desa ikut-ikutan mempersiapkan menyambut gerhana matahari dengan mengabari sanak saudara yang ada di rantau. Mungkin tak banyak yang tau tentang kesakralan beberapa tahun silam saat gerhana matahari terjadi, masyarakat desa ketakutan untuk beraktifitas karena gelap yang menerkam siang, para petani tak berani menghampiri sawah-sawah meski hanya sebentar, anak-anak kecil dilarang bermain meski hanya berlarian di depan rumah. Bahkan Ibu-ibu rumah tangga tak menampakan ujung sapunya di pelataran rumah. Fenomena ini dianggap masyarakat menjadi sebuah momen saat sang penguasa kegelapan memangsa cahaya terang. Namun berbeda dengan hal yang terjadi sekarang ini, hal yang gelap justru diburu meski sekedar untuk diabadikan.
-------------------------------------------------**--------------------------------------------------

Bicara tentang hal yang gelap, pasti kita ingat dengan kata "malam" dan gerhana bulan terjadi saat malam. Malam adalah anugrah yang indah bagi penikmatnya, setiap malam tampak gemerlap bintang yang menunjukan keanggunan sinarnya. Tak jarang lalu lalang kendaraan lebih padat di jalanan hanya untuk menikmati malam, taman-taman di tengah kota ramai tak karuan, pemuda-pemuda desa duduk di pinggiran jalan yang katanya menikmati malam. Ada pula yang menunggu datangnya siang karena tak ada penerangan untuk hidup ketika malam. Sebagian orang terus berjalan mecari sumber cahaya sebagai penghidupan yang tak bisa dipastikan. Ada pula yang berusaha mematik api untuk menerangi malam, ada pula yang menjual cahaya dengan syarat pembayaran dan mahar. Semua tentang cahaya, cahaya yang setiap manusia butuhkan.

Pertanyaanya, adakah hal yang lebih gelap selain dua fenomena tadi ? mana yang lebih gelap ? saat gerhana matahari ataukah saat malam tiba ? jawabannya bukan keduanya, bukan saat gerhana matahari, bukan pula keheningan malam yang tenang.
Hati adalah jawabanya, hati lah yang mampu lebih gelap dari kedua fenomena fana yang hanya sementara tersebut.


Lihatlah saja hal yang terjadi saat ini, manusia mulai tersadar akan keadaanya, mereka mengakui ataukah tidak, dilakukan dengan sadar ataukah tidak, mereka mengikuti ataukah tidak, bukan menjadi jawaban yang penting lagi. Mereka hanya sedang disibukkan dirinya sendiri dalam mencari cahaya, itulah mengapa banyak sekali golongan yang mengakui dirinya paling benar ketimbang yang lain. Lilin-lilin yang mereka genggam sedang memaksa untuk dapat berapi saat petang, kegelapan yang ada dalam diri mereka, memaksa secara sadar untuk menyalakan lilin yang gelap. Beberapa dari mereka memilih menyalakan dengan batu cadas, ada pula yang memilih menyalakan sekedarnya saja, sementara mereka tau bahwa dengan meminta api pada sang ahli lebih bisa hidup lama ketimbang dengan lilin yang melelehkan diri sendiri.

Andai saja malam tak berganti siang dan sang mentari tak mau kembali dari fase gerhana, pasti kita akan melihat cincin-cincin api kecil saat semua manusia sedang menghidupkan lilinnya. Semerbak bagai bintang yang kita amati setiap malam, Ada yang sangat terang ada pula yang redup. Mungkin hanya lilin-lilin yang bergerombollah yang akan menunjukan cahaya paling terang saat petang.

Namun sayang, beberapa pihak berusaha mematikan api-api lilin yang sedang berapi-api, lilin-lilin yang bergerombol berusaha dipisahkan dari kelompoknya, yang menyala redup diarahkan menuju api tipuan yang dianggap api sebenarnya. Apa yang salah dari semua ini, dan siapa yang bisa disalahkan, mereka hanya sedang berusaha mencari cahayanya. Sudahlah biarkan, jangan paksa api itu padam, jangan pula kau rayu menjadi api semu. Bukankah kita akan sangat marah, jika api yang kita nyalakan dipadamkan oleh seseorang. Itulah mengapa menjadi moderat sangat dibutuhkan, ketimbang bersiakap radiakal ataupun liberal. Mempelajari cara orang bermain api pun perlu, namun menjaga hati agar tidak ada benci itu lebih penting.

Diketik 13/03/2016

#sgt

0 komentar:

Posting Komentar

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit