Kamis, 28 April 2016

Inilah Kelas Inspirasi Kami

Foto Istimewa
Alhamdulillah, itulah kalimat yang paling indah yang bisa terucap di hati ini. Betapa senangnya hari Senin silam (25 April 2016), saya dapat berkumpul dengan orang-orang hebat. Relawan kelas inspirasi Jombang, Itulah sebutan bagi mereka para penginspirasi. Bersamaan dengan bulan peringatan hari Kartini, #SemangatKartini adalah pemicu semangat bagi kami.

Persiapan dilakukan semenjak satu bulan sebelum kelas inspirasi ini dilakukan, Mulai dari penjaringan relawan, pemetaan sekolah dasar hingga pemilihan tempat Briefing dan refleksi. Semua dilakukan para relawan penginisiasi tanpa adanya bantuan dana, keringat, ataupun support dari satu orang pun. Dari sanubari, mungkin itulah ungkapan yang pas bagi mereka para penginspirasi. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan sesuai dengan timeline dan konsep yang sangat matang dan tertata. Konsepan ini bukan hanya menganut grand desaign tahun lalu, namun mengikuti desaign yang lebih terbaharui. Hampir semua ditata ulang untuk mendapatkan kualitas yang pas dan mengena pada hari inspirasi.

Tiap tahapan yang dilakukan oleh penginisiasi bukan tanpa masalah. Bahkan, satu demi satu para penginisiasi ini terseleksi oleh alam dengan sendirinya. Tak hanya itu, para peserta inspirator pun bergurguran bak daun kering "mreeteli dewe-dewe". Terkadang hal ini memang membuat pusing, terlebih saat esok adalah hari H Inspirasi. Menyerah, tak ada waktu untuk membahas kalimat itu, seperti sebuah ungkapan "Menyerah adalah langkah yang terputus karena kau tak tau di depan sana terdapat berlian". Mungkin sampean asing dengan kalimat ungkapan itu, karena itu hanya ungkapan saya. haha. Kembali lagi ke topik utama, Semangat kami tak bisa terputus saat teringat masa depan bangsa ini terdapat pada adik-adik negeri ini. Mencoba memutar pikiran ke arah kiri kanan , ke atas bawah, dan ke semua arah. Hasilnya kami eksekusi dengan totalitas tinggi.

Esok adalah hari Inspirasi, Minggu sore kami disibukan dengan perlengkapan dan banyak hal. Mulai banner, alat tulis, gambar-gambar, dan kelengkapan lainya. Kami bagi tugas, ada yang menghubungi para inspirator, ada pula yang memikirkan konsep dengan terbatasnya orang. Kemudian kami membagi porsi tidur. Ada pula yang tak bisa tidur sebab saking gentingnya suasana, karena salah seorang relawan tak kunjung konfirmasi. Sementara dia satu-satunya yang digadang-gadang akan mensukseskan acara inti.

Hari telah tiba, Senin pagi kami bersiap berangkat menuju SDN Kauman 3 Ngoro, Jombang. Disela-sela bersih diri pagi hari, Persiapan dilakukan kembali sejak sebelum subuh tiba, dengan mengecek kelengkapan apa saja yang akan dibawa. Bagian fasilitator mengecek barang bawaan, dokumentator mengecas baterai kamera masing-masing, sementara para inspirator sibuk menyiapkan materi yang akan disampaikan nanti. Waktu sudah menunjukan pukul 05.15, ini adalah jadwal dimana kami harus berangkat ke lokasi. Rombongan belajar 3 ( rombel 3 ) akan segera diberangkatkan, kami sudah siap semua. Namun ternyata ada yang kurang, satu relawan masih kurang. Dengan terpaksa kami harus menunggunya 15 belas menit lagi, jika tidak ada kabar, maka kami sepakat akan berangkat dengan orang seadanya. Waktu sudah menunjukan pukul 05.25, para relawan lainya sudah mengajak untuk berangkat saja, saya berusaha meyakinkan teman-teman bawha satu orang ini pasti hadir. Tepat pukul 05.27, Alhamdulillah satu relawan ini hadir, Dan rombel 3 KI jombang 3 di SDN kauman 3 berangkat dengan semangat optimis akan sukses mengispirasi para calon pemuda negeri.


note : Tahap ini adalah tahapan persiapan, Dan kita semua hanya sedang tahapan persiapan. Disini saya menemukan banyak sekali persiapan, mulai persiapan acara, persiapan berangkat, dan ada pula persiapan pulang. Semua tahapan di dunia ini hanyalah tahap persiapan, barangkali inilah tahapan yang disebut sebagai bagian memantaskan diri. Setiap proses persiapan ini harusnya selalu memberi motivasi dan inspirasi untuk manfaat yang lebih untuk ummat.

Semua ini hanyalah tahapan persiapan menuju prosesi kematian.
#Salam Inspirasi



Diketik 28 April 2016
by Sugit cakgit 
@PPDS
campuran motivasi

Rabu, 27 April 2016

Sebening Embun

gambar embun 

Aku menitipkan sebuah surat terlipat dengan tetesan air mata. Surat yang tertulis oleh saksi malam, dan dinginnya malam saat musim kemarau silam. Kutulis perlahan sebagaimana peremmpuan mengungkapkan perasaan. Aku memang hanyalah perempuan diam yang hanya bisa menunggu ungkapan dari sesosok laki-laki dewasa yang siap menjadi imam. Tulisan ini tak ubahnya perasaan yang tertahan, atas sebuah rasa kesal pada seseorang yang benar kuharapkan. Bait katanya kuungkap sangat ringkas dengan pilihan kata khusus sangat bagus. Meski perbendahaaran kata yang sangat sederhana, aku mencoba menuliskanya dengan sangat sempurna. Setidaknya semua ini bisa mewakili perasaan yang diam.

Aku tidak pernah membandingkan laki-laki manapun, dari segi apapun. Baik kaya, terpandang, berkedudukan bahkan bangsawan sekalipun. Harapanku hanya Akhlak yang bisa bertanggung jawab, yang menjadi pertimbangan dalam hidupku. Mau mencukupi kebutuhanku, bukan keinginanku. Mau menyaksikan kelahiran putra pertamaku dan memberikan adzan untuknya. Aku hanya sedang bersedih, sebagai seorang perawat seringkali aku menyaksikan sendiri kelahiran seorang bayi oleh ibu tanpa ditemani sang suami. Bagaimana perasaanya sang ibu, saat menahan kesakitan setengah mati tapi sang suami tidak ada disampingnya. Tapi mau bagaimana lagi , itu hanya ungkapanku , ungkapan ini tak pernah bisa mewakili perasaan orang lain apalagi sang ibu yang sedang melahirkan bayi. Meski terkdang ku anggap telepon adalah hal yang bisa mewakili, tapi aku rasa itu tidak mungkin bisa. Sebagai seorang wanita mungkin sudah seharusnya memahami jika memang itu yang akan terjadi padaku suatu saat nanti meski aku sendiri sangat tidak ingin itu terjadi.

Aku sudah sangat sering mencari berita, tentang bagaimana menjadi seorang ibu. Buku demi buku kupelajari, tak jarang aku pun belajar masak melalui resep-resep yang ada majalah-majalah, dan resep dari handphone. Bukan hanya itu, gadget canggihku ini pun tak pernah berhenti mengikuti tulisan-tulisan mengenai problematika keluarga. Memang sangat banyak sekali ternyata, tak jarang pula kualitas bacaan-bacaan yang kupelajari membuatku miris, mulai perselingkuhan, percerian, hingga dampak terhadap anak. Aku mencoba memahami, kesiapan diriku memang sangat kurang dan aku akan terus belajar. Biasanya ibu pun kuajak bicara tentang permasalahan-permasalahan berkeluarga. Ibu selalu menjadi juara dan guru terbaik dalam semua problematika. Barangkali hanya ibulah yang mampu memahami perasaanku dan persaan wanita yang sesungguhnya. Ibu memang bukan perawat sepertiku, saat aku telahir ayahlah yang mengadzani diriku. Aku sangat bahagia mendengar cerita itu.
 
Aku jadi ingat pelajaran ketika duduk di bangku Madrasah dulu. Kala itu guruku menerangkan bahwa Ucapan seorang ibu adalah doa yang sangat manjur, selaian itu guruku pun bilang jika ucapan seorang laki-laki yang meminta cerai (tidak dalam bercanda) satu kali maka dihukumi talak satu, jika dilakukan tiga kali maka sang istri bukan lagi bagian dari sang suami. Namun jika sang istri yang menyatakan cerai pada pengadilan dengan beberapa syarat, maka suami istri haruslah berpisah.  Dari sini saya belajar bahwa ungkapan laki-laki tak pernah bisa seberat ungkapan seorang wanita yang sesungguhnya. Hal inipun sudah aku buktikan ketika masih kuliah dulu, suatu ketika aku bertemu dengan seorang bapak-bapak yang kukenal ketika aku masih SMA dengan maksud berbasa-basi aku bertanya " sekarang berapa putranya pak ?" beliau malah menjawab dengan tertawa " putra dari istri mana dulu ?? haha". Padahal aku tau sendiri istrinya hanya satu, Tak hanya sekali ini aku mencoba bertanya seperti itu pada bapak-bapak dan jawabanya hampir selalu sama. Namun berbeda dengan ibu-ibu, yang ketika ditanya mereka akan langsung menjawab dengan apa adanya. Ya itulah perempuan selalu lebih dewasa sebenarnya, hehemmb. Ibu pernah bilang kepadaku bahwasanya laki-laki itu hanya butuh dipahami sebagaimana anak kecil sehingga dia akan tampak dewasa dan gagah perkasa. Barangkali film yang pernah ku tonton yakni Tenggelamnya kapal Van der Wijck adalah gambaran kerapuhan seorang laki-laki yang sebernarnya. Maaf, bukan berarti aku mengatakan semua laki-laki seperti itu. hehemb

Surat yang kumaksud adalah doa yang selalu terlipat diantara petang dan pagi. Yah, aku sendiri berusaha mengungkapkan pada Tuhan dengan air mata agar tak ada yang bernasib sepertiku ini, tak ada yang kusakiti dan kita semua akan bahagia. Aku hanya terinsiprasi dari ibu yang setiap malam tidur bersamaku ketika aku kecil dulu karena ayah yang bekerja shift malam. Kulihat ibu berdoa sejadi-jadinya untukku dan keluargaku. Aku hanya berusaha diam sambil berpura-pura tidur kala itu. Mungkin air mata ibulah yang sebening embun, begitupun air mata wanita lainya. Sebagaimana embun yang hanya bisa ditangkap oleh dedaunan yang tak kaku. Semakin tidak kaku suatu daun, maka disanalah embun akan berkumpul dengan lebih banyak. Ungkapan itu mungkin bisa kita pahami, sudah seharusnya seorang laki-laki itu tidak kaku dan juga tidak lemas untuk memahami embun yang bening.



Diketik 26 April 2016
Isnpirasi 
Cerita kisah

Jumat, 01 April 2016

Ngopi Solusi

Ayok Ngopi
Ngopi merupakan suatu tradisi yang melekat pada masyarakat. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas, mulai dari golongan biasa sampai golongan priyai. Siapa yang tak suka ngopi, kaum intelek dan mahasiswa pun menyukainya. Meskipun banyak yang menyebut bahwa ngopi hanya khusus kalangan bawah, Tapi perlu kita pahami bahwa kita hanya beda istilah dan tempat. Perbedaanya hanya tentang nama " Warkop dan Starbak". Sebenarnya ini hanya tentang selera, karena kepuasan lidah yang berbeda. Lidah yang ingin mengungkap rasa manis ataupun pahitnya suasanya.

Perbedaan nama dan tempat, tak bisa mewakili makna dari "Ngopi". Baik itu di sudut jalan tengah kota atapun di pojok mall yang berkaca, tetap saja kita mampu asyik bercengkrama. Baik dengan sanak saudara, tetangga, kawan lama ataupun lawan kita. Suasana yang ditawarkan dari sebuah ajakan untuk ngopi sebernarnya sangatlah bervariasi. Entah itu bermakna ajakan belaka ataukah ada segudang maksud yang diselipkan. Namun hasrat untuk ngopi tetap saja tak bisa diawali dengan berburuk sangka terlebih dahulu.

Ada sedikit aroma yang khas dari secangkir kopi yang ditawarkan. Tawaran secangkir kopi mampu membentuk majlis-majlis kecil yang berisi beberapa orang, tiga hingga sebelas orang. Satu sebagai pembawa alur cerita dan lainya sebagai pendebat cerita. Semua luruh menjadi satu, Mulai dari Gurau yang berkelas, tawa renyah yang pas, Dan Lara duka yang melepas puas terjadi disana. Beban-beban kehidupan yang tak ada obatnya, seolah-olah berguguran satu-persatu. Bahkan perasaan-perasaan para pemuda penggiat cerita cinta tercurah semua dengan hanya secangkir kopi.

Tak hanya itu, ngopi pun mampu melepaskan kejenuhan dalam ke-istiqomahan. Membentuk rasa sabar dalam cerita keseharian yang membosakan. Tak dipungkiri bahwa dari hasil diskusi di warung kopi mampu memberikan kontribusi untuk mengubah negeri. Jika itu terlalu tinggi, setidakya mampu mengubah diri sendiri. Pemikiran cerdas yang tak sengaja pun dapat terlahir disana. Diawali dengan bercerita tentang pribadi diri sendiri dan ungkapan perasaan keseharian, menjadi salah satu metode mengawali ngopi. Tak jarang pula diskusi klasik yang menjadi problematika keseharian dan sosial, selalu saja tak sengaja menjadi bahasan meskipun dengan indikasi "Ngarasani" Teman.

Seruputan pertama adalah cara untuk membuka bahasan, seruputan kedua dan seterusnya adalah cara untuk mendapat hasil dari diskusi yang disajikan. materi tentang perbedaan pendapat selalu saja menarik untuk menjadi bahasan. Terlebih mengenai radikalise dan liberal dalam berpendapat. Sudah barang pasti menjadi moderat adalah pemenang diantara keduanya, Meskipun kita perlu mensepakati sesuatu yang tidak disepakati dari kedua belah pihak. Tak ada standar yang ditawarkan dari suatu kebenaran kecuali kesepakatan hasil dari diskusi bersama. Kebenaran tak pernah bisa kita paksakan dengan standar diri sendiri (perorangan) yang kita sendiri tak mengetahui siapa sebenarnya diri ini. Itulah mengapa, berkaca pada sejarah adalah cara untuk merefleksi permasalahan di masa sekarang demi mensepakati menjadi suatu kebatilan ataukah kebenaran. Bisa dipastikan semua akan kalah dengan sejarah, karena hal yang terjadi saat ini tak ubahnya merupakan hasil dari pemikiran dan diskusi yang disepakati pada tahun silam. Ujungnya sudah pasti bisa kita tangkap, semua akan damai bersepakat hanya dengan secangkir kopi pada tegukan terakir. Meskipun setelah ngopi tak bisa kita ketahui akan bersebrangan kembali ataukah tidak.

Diskusi dengan cara ngopi ataukah ngopi sambil berdiskusi adalah tradisi yang membumi. Tak ada permasalahan yang diselesaikan dengan cara bertengkar disana, tak ada pula dendam yang mengakar setelah problem ini dan itu di diskusikan dengan secangkir kopi. Tak ada pula saling tunjuk dan tonjok menyalahkan sisi lain yang berbeda pendapat kecuali memang belum mengetahui alasan yang sangat tepat.

Ngopi tak hanya bisa dilakukan di warung kopi ataukah keadai sejenisnya. Cukup dengan air panas dengan racikan gula dan kopi sesuai selera akan mampu menjadi pembuka diskusi ataupun menjadi teman untuk menyendiri. Lebih nikmat jika dihidangkan oleh sang istri ataukah pujaan hati (maaf, salah tulis ). Ngopi dan diskusi seolah tak bisa dipisahkan, Selalu saja ada kepahitan yang manis dari seduhan secangkir kopi yang dituang di tengah kebersamaan.

Jika adik sedang menyendiri, Mungkin akang hanya bisa berucap "Minta tolong seduhkan secangkir kopi ya dik, ayo kita diskusi tentang masa depan". hehe


Sgt
PPDS, 31/03/2016
#GUYU(B) SANTRI #Opini campuran

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit