Minggu, 05 Juni 2016

Filled Under: ,

Ada apa dengan Ramadhan ?

#GUYU(B) SANTRI motivasi

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh semua umat islam. Bulan ini selalu menawarkan kerinduan bagi setiap insan yang beriman, terlebih karena adanya berlipat-lipat ganjaran yang ditawarkan. Ada yang merindukan nikmatnya sahur dengan orang tercinta, berbuka dengan teman. Ada lagi selain itu, keramaian malam di bulan ramadhan selalu membawa cerita tersendiri bagi kawula muda seperti mercoanan, bermain kembang api dan lain sebagainaya, sepertinya bagi kawula tua pun sama menyenangkannya. Ramadhan selalu membawa kabar bahagia terlebih ketika ada kabar dari saudara yang jauh disana akan berpulang bekumpul dirumah utama. Ada pula kabar baik bagi para pemuda yang akan meminang kekasih hati di malam sembilan. Semua penuh dengan kabar yang membahagiakan.

Ketika ramadhan tiba, seluruh raga dan terutama jiwa akan diproses, digembleng menjadi bersih sebersih-bersihnya. Ketika Siang berpuasa menahan segala sesuatu yang membatalkan puasa selama fajar hingga matahari terbenam sempurna, dan saat malam melaksanakan shalat sunnah terawih. Susai bulan ramadhan pastinya nafsu akan lebih tertata karena telah terbiasa terjaga ketika ramadhan. Tubuh menjadi sehat karena kebiasaan baik bangun pagi, badan menjadi kuat karena kebiasaan melangkahkan kaki ke masjid, pikiran selalu fresh karena bangun sahur dan berpuasa saat siang.

Kabar baik selalu erat dengan bulan ramadhan. Namun selalu saja ada beberapa hal yang menjadi sisi lain di bulan baik ini. Salah satu hal yang Unik adalah ketika berbuka puasa. Jalanan menjadi ramai, Jajanan sebelum adzan magrib tiba-tiba ada di pinggiran jalan. Mulai jajan pasar, roti bakar, nasi bakar, dan semua yang dibungkus rapi dan tak lupa es dawet. Pengunjungnya pun bermacam-macam, dari golongan kanan, golongan kiri, golongan yang suka menyalahkan, golongan yang suka membid’ahkan sampai kaum sandal jepit bercelana komprang pun, ada disana. Berbelanja rapi tanpa saling menyalahkan, Kamu akan membeli es dawet ataukah es degan. Tak sempat lagi mempertanyakan hal itu, sudah terlalu fokus untuk saling antri membayangkan nikmat yang akan didapat jika telah berhasil mendapatkan makanan yang diidamkan.

Mungkin kita juga rindu tetika teman-teman lama saling menghubungi mengajak berbuka bersama, meski lebih sering disebut sebagai meninggalkan shalat magrib bersama-sama. Jika tidak seperti itu, susunan acaranya berganti jadi shalat magrib berjamaah, makan bersama kemudian diskusi ngalor ngidul hingga larut malam. Alhasil meninggalkan shalat isya dan terawih secara berjamaah tanpa menarik kesimpulan dari diskusi yang dilakukan. Anehnya hal ini selalu saja terulang tiap tahunnya, kemudian menjadi hal biasa yang biasa-biasa saja.

Tak hanya itu sebenarnya, jika diruntut hal biasa yang menjadi tak biasa pun ada tiap tahunnya. Apakah itu ?. Yakni konflik lama yang selalu saja dibawa oleh sebagian orang untuk merusak nikmatnya beramadhan. Seperti masalah penentuan awal akhir puasa dan Jumlah rakaat terawih. Penentuan awal akhir puasa tidaklah terlalu ekstrim saat menjadi topik yang dilayangkan melalui media sosial sekalipun, dan seolah-olah semua orang sepakat bahwa penentuan tersebut sudah memiki dasar masing-masing dari tiap golongan yang mereka yakini. Berbeda ketika shalat terawih menjadi bahasan, selalu menjadi adu lempar pendapat yang sebenarnya tidak diperlukan. Terkadang membuat kita ngguyu terpingkal-pingkal tanpa kesadaran, bahwa kita tak bisa memahami semua telah memiliki dasar masing-masing seperti halnya penentuan awal bulan ramadhan.

Permasalahan rasanya tiba-tiba menjadi ada akibat tataran pemahaman yang berbeda. Padahal baik perumusan masalah dan batasan hukum telah dibahas bertahun-tahun silam dan kita tinggal mengikutinya saja. Siapa yang bisa disalahkan, media sosial sekarang ini telah mengeksploitasi semua hal. Atau siapakah yang sedang mengambil keuntungan dari konflik internal yang berusaha dibesarkan. Tidak ada yang tau, yang pasti kebencian semacam ini telah mengakar terbentuk sebelum setan dibelenggu ketika bulan ramadhan. Barangkali setanlah yang sedang mengambil keuntungan ataukah setan yang berkepala hitam. Kita tidak pernah sama-sama tau.

Ini ramadhan, Kita cukup fokus antara kita dengan Tuhan, memperbaiki kualitas hubungan dengan kerabat dan teman. Selebihnya biarkan, agar tiada sesal se-usai ramadhan kemudian.



Sugitcakgit
PPDS, 26 Mei 2016

0 komentar:

Posting Komentar

 

We are featured contributor on entrepreneurship for many trusted business sites:

  • Copyright © CakSugit Note'S 2015
    Distributed By My Blogger Themes | Designed By Triyono Sugit